Sejarah Kelas XI IPS
Semester 1
Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha
di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang
tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri
ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas
perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu
jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia
yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada
di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
- Sering
dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan
melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh
asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran
internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara
pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya
Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses
masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari
penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara
keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan
oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering
terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah
atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara
mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu
pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah
salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari
kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya.
Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran
budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan
India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan
sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang
Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah
penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat
dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di
Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan
barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha.
Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan
Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk
bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah
dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem
kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan
orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan
keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk
tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam
sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan
wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk
kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak.
Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan
candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya
berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
4. Bahasa
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti
yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya
diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang
merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma,
Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam
bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan
Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk
menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
- Arjunawiwaha,
karya Mpu Kanwa,
- Sutasoma,
karya Mpu Tantular, dan
- Negarakertagama,
karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat
dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau
“himpunan” yaitu:
- Reg Weda,
berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda,
berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur
Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa
Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab
Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab
Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya
Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
- Dewa
Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa
Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa,
sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra
pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang
berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu
masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna
yaitu:
- Kasta
Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta
Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta
Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta
Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu
orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares
sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat
mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang
ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
- Winayapittaka
: Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat
Buddha.
- Sutrantapittaka
: Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka
: Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha
yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma
yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga
yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan)
jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
- Pandangan
yang benar.
- Niat yang
benar.
- Perkataan
yang benar.
- Perbuatan
yang benar.
- Penghidupan
yang benar.
- Usaha yang
benar.
- Perhatian
yang benar.
- Bersemedi
yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya
menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas
usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha
bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat
yaitu:
- Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya
pertama kali.
- Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
Pengaruh
Hindu-Buddha Indonesia pd agama, politik, pendidikan, sastra
Indonesia ini
kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal
ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang
berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat
atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi
ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan
lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala
suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa
pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang
bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia
adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan
Mataram lama.
ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang
berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat
atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi
ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan
lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala
suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa
pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang
bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia
adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan
Mataram lama.
3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga
pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana
dan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal
dari Cina, menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia
terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat
begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan
untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama
di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada
siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di
Sriwijaya. Berita I-Tsing ini menunjukkan bahwa pendidikan agama
Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya menjadi
yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-
9, dan ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja
Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja
Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama
Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut,
kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India.
Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya
maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut
kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama
sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning
dari Cina pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha
di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan pendeta
Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir
kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa
pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi
rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.
d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh
Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama
oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat
yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap
pendidikan keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas
berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran.
e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal
dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun
sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam
kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari
Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana
dan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal
dari Cina, menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia
terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat
begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan
untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama
di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada
siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di
Sriwijaya. Berita I-Tsing ini menunjukkan bahwa pendidikan agama
Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya menjadi
yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-
9, dan ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja
Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja
Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama
Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut,
kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India.
Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya
maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut
kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama
sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning
dari Cina pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha
di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan pendeta
Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir
kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa
pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi
rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.
d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh
Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama
oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat
yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap
pendidikan keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas
berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran.
e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal
dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun
sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam
kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari
Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
4. Bidang
sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia
mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada aman
kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa
pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada
aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi,
terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya
bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk
tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti
tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng).
Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari
relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang,
kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling
dan gong.
mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada aman
kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa
pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada
aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi,
terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya
bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk
tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti
tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng).
Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari
relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang,
kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling
dan gong.
PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DAN PERUBAHAN EKONOMI,
DEMOGRAFI DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI INDONESIA PADA MASA
KOLONIAL
- LATAR
BELAKANG KEDATANGAN ORANG – ORANG EROPA
KE DUNIA TIMUR
1. Renaissance
1. Renaissance
Renaissance berasal dari bahasa Prancis, Renascari yaitu kelahiran kembali
kebudayaan klasik dari jaman Romawi dan Yunani kuno yang meliputi
kesusasteraan, seni dan ilmu pengetahuan. Gerakan ini dipelopori oleh
Dante Aligheiri, Petrarca dan Boccacio.
Timbulnya gerakan ini disebabkan oleh :
- Terjadinya pertumbuhan perdagangan di kota Venesia, Florence dan Geno
(Italia)
- Adanya
puing-puing bangunan lama yang megah dan mengagumkan di kota Roma dan
kota-kota lainnya
- Perkembangan
ekonomi Italia lebih maju dari Negara Eropa lainnya
- Bangsawan
Italia tidak tinggal di pedalaman tapi di kota-kota
- Penjelajahan
samudera dan Penemuan daerah baru
Awal abad ke 16 bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Negara Eropa lainnya
mengadakan penjelajahan samudera karena didorong oleh factor-faktor :
a. Tahun 1453 kota Konstantinopel jatuh ke tangan Turki yang
mengakibatkan harga rempah-rempah menjadi sangat mahal
- Berkembangnya Ilmu pengetahuan tentang bumi dan ilmu astronomi dan
penemuan kompas
- Timbulnya
keinginan untuk mencari keuntungan yang besar dan upaya untuk mencari
daerah baru
- Ingin menyebarkan agama Kristen ke seluruh dunia
- Adanya
Penemuan baru di bidang ilmu Pengetahuan
a. Johan Guttenberg menemukan mesin cetak
b. Nicolaus Copernicus menemukan matahari sebagai pusat tata surya
c. Galileo galilei menemukan teleskop
d. Marthin Luther pencetus agama kristen Protestan
- Dominasi
gereja katolik terhadap segala aspek kehidupan
- PAHAM RASIONALISME, REVOLUSI INDUSTRI, DAN KAPITALISME SERTA
PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA
1. Paham Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang menganggap sesuatu itu dianggap benar jika
sesuai dengan akal pikiran. Tempat kelahiran rasionalisme adalah Prancis (Renne
Descartes 1596-1650). Ia adalah seorang filosof,ilmuwan dan matematikus Prancis
yang tersohor. Sebenarnya, rasionalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan
terhadap ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis dan taradisi yang mulai tampak
pada abad ke-15 dan abad ke-16.
2. Merkantilisme
Istilah Merkantilisme diambil dari kata ”Mercari” yang artinya berjual
beli. Merkantilisme adalah sebuah sistem ekonomi di mana negara memiliki
wewenang yang besar, atau disebut juga sebagai sistem ekonomi proteksi.
Kemakmuran diperoleh dari perdagangan luar negeri.
Tujuan dari merkantilisme adalah untuk melindungi perkembangan industri
perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-masing negara.
Negara atau pemerintah memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya untuk membiayai
negara; negara atau pemerintah merupakan satu-satunya penguasa ekonomi. Cara
yang digunakan dalam rangka memperkaya Negara adalah dengan penumpukan kekayaan
yang berupa logam mulia yaitu emas dan perak. Negara yang banyak memiliki
timbunan logam mulia dalam jumlah yang besar merupakan negeri yang kaya, dan
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kekuatannya sehingga dapat memperkuat
armada perangnya.
3. Revolusi Industri
Revolusi Industri adalah perubahan radikal dalam cara pembuatan atau
memproduksi barang-barang dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga
penggerak maupun untuk tenaga pemproses. Dengan digunakannya
mesin-mesinmenjadikan tenaga manusia tidak terpakai lagi, sehingga terjadi
peningkatan kualitas
dan kuantitas produksi barang, termasuk perubahan dalam cara kerja dan
pemasarannya.
4. Kapitalisme
Kapitalisme adalah system dan paham ekonomi yang modalnya ( penanaman
modal dan kegiatan industrinya )
bersumber pada modal pribadi atau modal
perusahaan swasta guna bersaing bebas di pasaran internasional, nasional
maupun lokal. Kapitalisme merupakan respon
terhadap merkantilisme yang
menempatkan Negara sebagai pemilik
kekayaan Negara. Kapitalisme menempatkan individu
sebagai pemilik modal yang menguasai kekayaan alam.
C. MASUKNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME ASING KE WILAYAH
INDONESIA : PORTUGIS, SPANYOL, VOC-BELANDA DAN INGGRIS
1. MASA KEKUASAAN VOC
Usaha bangsa Barat untuk mendapatkan benua baru dipelopori oleh bangsa
Portugis dan Spanyol yang ingin mendapatkan rempah-rempah. Bartholomeu Dias (1492)
dan Vasco daGama (1498) berkebangsaan Portugis berlayar menyusuri pantai barat
Benua Afrika akhirnyatiba di Kalkuta, India. Kemudian mereka membangun kantor
dagang di Kalkuta dan berdagang di Asia Tenggara. Pada tahun 1512, Portugis
masuk ke Maluku sedangkan Spanyol masuk ke Tidore (1521) untuk mencari
rempah-rempah.
Pada tahun 1596, pedagang Belanda dengan empat buah kapal di bawah Cornelis
de Houtman berlabuh di Banten. Mereka mencari rempah-rempah di sana dan daerah
sekitarnya untuk diperdagangkan di Eropa. Namun, karena kekerasan dan kurang
menghormati rakyat maka diusir dari Banten. Kemudian pada tahun 1598, pedagang
Belanda datang kembali ke Indonesia di bawah Van Verre dengan delapan kapal
dipimpin Van Neck, Jacob van Heemkerck datang di Banten dan diterima Sultan
Banten
Abdulmufakir dengan baik. Sejak saat itulah ada hubungan perdagangan dengan
pihak
Belanda sehingga berkembang pesat perdagangan Belanda di Indonesia.
Namun, tujuan dagang tersebut kemudian berubah. Belanda ingin berkuasa
sebagai penjajah yang kejam dan sewenang-wenang, melakukan monopoli
perdagangan, imperialisme ekonomi, dan perluasan kekuasaan.
Setelah bangsa Belanda berhasil menanamkan kekuasaan perdagangan dan
ekonomi di Indonesia maka pada tanggal 20 Maret 1602 Belanda membentuk kongsi
dagang VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang dianjurkan oleh Johan van
Olden Barnevelt yang mendapat izin dan hak istimewa dari Raja Belanda. Alasan
pendirian VOC adalah adanya persaingan di antara pedagang Belandasendiri,
adanya ancaman dari komisi dagang lain, seperti (EIC) Inggris, dan dapat
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Untuk mendapatkan
keleluasaan usaha di Indonesia, VOC memiliki hak oktroi, yaitu hak istimewa.
Di samping itu, VOC juga melakukan pelayaran Hongi, yakni misi pelayaran
Belanda yang ditugasi mengawasi, menangkap, dan mengambil tindakan terhadap
para pedagang dan penduduk pribumi yang dianggapnya melanggar ketentuan
perdagangan Belanda. Usaha VOC semakin berkembang pesat (1623) dan berhasil
menguasai rempah-
rempah di Ambon dalam peristiwa Ambon Massacre. Selanjutnya tahun 1641, VOC
berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis. VOC selalu menggunakan
Batigslot Politiek (politik mencari untung, 1602 – 1799) dengan memegang
monopoli Belanda di Indonesia. Selain itu, VOC menjalankan politik devide et
impera, yakni sistem pemecah belah di antara rakyat Indonesia.
Perjalanan kongsi dagang VOC lama kelamaan mengalami kemunduran, bahkan
VOC runtuh pada tanggal 31 Desember 1799. Kemunduran VOC disebabkan hal-hal
berikut.
a. Perang-perang yang dilakukan membutuhkan biaya yang besar padahal hasil
dari bumi
Indonesia telah terkuras habis dan kekayaan Indonesia sudah telanjur
terkirim ke
Negeri Belanda. VOC tidak kuat lagi membiayai perang-perang tersebut.
b.Kekayaan menyebabkan para pegawai VOC melupakan tugas, kewajiban, dan
tanggung
jawab mereka terhadap pemerintah dan masyarakat.
c.Terjadinya jual beli jabatan.
d.Tumbuhnya tuan-tuan tanah partikelir.
e.Kekurangan biaya tersebut tidak dapat ditutup dengan hasil penjualan
tanah saja, VOC
harus juga mencari pinjaman. Akibatnya, utang VOC semakin besar.
f.Pada akhir abad ke-18, VOC tidak mampu lagi memerangi pedagang-pedagang
Eropa
lainnya (Inggris, Prancis, Jerman) yang dengan leluasa berdagang di
Nusantara
sehingga monopoli VOC hancur.
Keberadaan VOC sudah tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harta milik
dan
utang-utangnya diambil alih oleh pemerintah negeri Belanda. Pemerintah
kemudian membentuk Komisi Nederburg untuk mengurusinya, termasuk mengurusi wilayah
VOC di Indonesia (1800 – 1907).
2. MASA KEKUASAAN BELANDA (PRANCIS)
Tahun 1807 – 1811, Indonesia dikuasai oleh Republik Bataaf bentukan
Napoleon Bonaparte, penguasa di Prancis (Belanda menjadi jajahan Prancis).
Napoleon Bonaparte mengangkat Louis Napoleon menjadi wali negeri Belanda dan
negeri Belanda diganti namanya menjadi Konikrijk Holland. Untuk mengurusi
Indonesia, Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels menjadi gubernur jenderal
di Indonesia (1808 – 1811). Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa
dari serangan Inggris sehingga pusat perhatian Daendels ditujukan kepada
pertahanan dan keamanan.
Untuk memperoleh dana, Daendels menjual tanah-tanah kepada orang-orang
swasta. Akibatnya, tanah-tanah partikelir mulai bermunculan di sekitar Batavia,
Bogor, Indramayu, Pamanukan, Besuki, dan sebagainya. Bahkan, rumahnya sendiri
di Bogor dijual kepada pemerintah, tetapi rumah itu tetap ditempatinya sebagai
rumah tinggalnya. Tindakan dan kekejaman Daendels tersebut menyebabkan
raja-raja Banten dan Mataram memusuhinya.
Untuk menutup utang-utang Belanda dan biaya-biaya pembaharuan tersebut,
Daendels kembali menjual tanah negara beserta isinya kepada swasta, sehingga
timbullah system tuan tanah di Jawa yang bertindak sebagai raja daerah,
misalnya di sekitar Batavia dan Probolinggo. Kekejaman Daendels tersebut
terdengar sampai ke Prancis. Akhirnya, dia dipanggil pulang karena dianggap
memerintah secara autokrasi dan Indonesia diperintah oleh Jansens.
3. MASA KEKUASAAN INGGRIS
Keberhasilan Inggris mengalahkan Prancis di Eropa menyebabkan kekuasaan
Belanda atas Indonesia bergeser ke tangan Inggris. Untuk itulah ditandatangani
Kapitulasi Tuntang (1811) yang isinya Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan
Inggris dari tangan Jansens kepada Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan
Gubernur Jenderal Inggris untuk Indonesia. Oleh karena itu, beralihlah
Indonesia dari tangan Belanda ke tangan Inggris.
Adapun langkah-langkah yang diambil Raffles adalah
a. membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan,
b. para bupati dijadikan pegawai negeri,
c. melaksanakan perdagangan bebas,
d. melaksanakan land rente (pajak sewa tanah) dan Raffles menjual
tanah kepada swasta,
e. menghapuskan perbudakan, dan
f. kekuasaan para raja dikurangi. Di Yogyakarta, Pangeran Notokusumo
diangkat sebagai Paku Alam (1813). Akibatnya, Mataram Yogyakarta pecah menjadi
dua, yakni Kasultanan Yogyakarta di bawah HB III dan Paku Alaman di bawah Paku
Alam I.
Pada tanggal 13 Agustus 1814, di Eropa ditandatangani Perjanjian London
oleh
Inggris dan Belanda yang isinya Belanda memperoleh kembali sebagian besar
daerah
koloninya, termasuk Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1816, Raffles
meninggalkan
Indonesia dan Belanda kembali berkuasa di Indonesia.
4. MASA KEKUASAAN PEMERINTAH BELANDA
Pada tahun 1830, pemerintah Belanda mengangkat gubernur jenderal yang baru
untuk Indonesia, yaitu Van den Bosch, yang diserahi tugas untuk meningkatkan
produksi tanaman ekspor, seperti tebu, teh, tembakau, merica, kopi, kapas, dan
kayu manis. Dalam
hal ini, Van den Bosch mengusulkan adanya sistem tanam paksa. Adapun
hal-hal yang mendorong Van den Bosch melaksanakan tanam paksa, antara lain,
Belanda membutuhkan banyak dana untuk membiayai peperangan, baik di negeri
Belanda sendiri maupun di Indonesia. Akibatnya, kas negara Belanda kosong.
Sementara itu, di Eropa terjadi perang Belanda melawan Belgia (1830 – 1839)
yang juga menelan banyak biaya.
Tujuan diadakannya tanam paksa adalah untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya, guna menutupi kekosongan kas negara dan untuk membayar utang
utang negara.
Pelaksanaan tanam paksa diselewengkan oleh Belanda dan para petugasnya yang
berakibat membawa kesengsaraan rakyat Bentuk penyelewengan tersebut misalnya,
kerja tanpa dibayar untuk kepentingan Belanda (kerja rodi) kekejaman para
mandor terhadap para penduduk, dan eksploitasi kekayaan Indonesia yang
dilakukan Belanda.
Melihat penderitaan rakyat Indonesia, kaum humanis Belanda menuntut agar
tanam paksa dihapuskan. Tanam paksa mengharuskan rakyat bekerja berat selama
musim tanam. Penderitaan rakyat bertambah berat dengan adanya kerja rodi
membangun jalan raya, jembatan, dan waduk. Selain itu, rakyat masih dibebani
pajak yang berat,sehingga sebagian besar penghasilan rakyat habis untuk
membayar pajak. Sementara itu di pihak Belanda, tanam paksa membawa keuntungan
yang besar.
Praktik tanam paksa mampu menutup kas negara Belanda yang kosong sekaligus
membayar utang-utang akibat banyak perang. Akhirnya, tanam paksa
dihapuskan, diawali dengan dikeluarkannya undang-undang (Regrering Reglement)
pada tahun 1854
tentang penghapusan perbudakan. Tanam paksa benar-benar dihapuskan pada
tahun 1917. Sebagai bukti, kewajiban tanam kopi di Priangan, Manado, Tapanuli,
dan Sumatra Barat dihapuskan.
Setelah tanam paksa dihapuskan, pemerintah Belanda melaksanakan politik
kolonial liberal di Indonesia dengan memberikan kebebasan pada pengusaha swasta
untuk menanamkan modal di Indonesia. Namun, pelaksanaannya tetap menyengsarakan
rakyat karena kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan semata-mata untuk
kepentingan kolonial Belanda. Belanda tetap melaksanakan cara-cara menguasai
bangsa Indonesia dengan perjanjian, perang, dan pemecah belah.
Pelaksanaan politik kolonial liberal ternyata banyak mendatangkan
penderitaan bagi rakyat terutama buruh sebab upah yang mereka terima tidak
seperti yang tertera dalam kontrak. Akibatnya, banyak buruh yang melarikan
diri, terutama dari Deli, Sumatra Utara. Dari kenyataan di atas jelas Belanda
tetap masih melaksanakan usaha menindas bangsa Indonesia.
D. PERLAWANAN RAKYAT DI BERBAGAI DAERAH DALAM MENENTANG
KOLONIALISME
1.Perlawanan Rakyat Maluku di Bawah Ahmad Matullesi (1817)
Sejak abad ke-17 perlawanan rakyat Maluku terhadap Kompeni sudah terjadi,
namun perlawanan yang dahsyat baru muncul pada permulaan abad ke-19, di bawah
pimpinan Ahmad Matulessi (lebih dikenal dengan nama Pattimura).
Latar belakang timbulnya perlawanan Pattimura, di samping adanya
tekanan-tekanan yang berat di bidang ekonomi sejak kekuasaan VOC juga
dikarenakan hal sebagai berikut.
a. , yakni adanya tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang memperberat
kehidupan rakyat, seperti system penyerahan secara paksa, kewajiban kerja
blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi.
Selain itu, beredarnya uang kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak dapat
menggunakannya untuk keperluan sehari-hari karena belum terbiasa.
b. , yaitu adanya pemecatan guru-guru sekolah akibat pengurangan sekolah
dan gereja, serta pengiriman orang-orang Maluku untuk dinas militer ke Batavia.
Hal-hal tersebut di atas merupakan tindakan penindasan pemerintah Belanda
terhadap rakyat Maluku. Oleh karena itu, rakyat Maluku bangkit dan
berjuang melawan imperialisme Belanda. Aksi perlawanan meletus pada tanggal 15
Mei 1817 dengan menyerang Benteng Duurstede di Saparua. Setelah terjadi
pertempuran sengit, akhirnya Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku di
bawah pimpinan Pattimura. Banyak korban di pihak Belanda termasuk Residen
Belanda, Van den Berg ikut terbunuh dalam pertempuran.
Kemenangan atas pemerintah kolonial Belanda memperbesar semangat perlawanan
rakyat sehingga perlawanan meluas ke Ambon, Seram dan pulau-pulau lain. Di Hitu
perlawanan rakyat muncul pada permulaan bulan Juni 1817 di bawah pimpinan
Ulupaha. Rakyat Haruku di bawah pimpinan Kapten Lucas Selano, Aron dan Patti
Saba. Situasi pertempuran berbalik setelah datangnya bala bantuan dari Batavia
di bawah pimpinan Buyskes. Pasukan Belanda terus mengadakan penggempuran dan
berhasil menguasai kembali daerah-daerah Maluku. Perlawanan semakin mereda
setelah banyak para pemimpin tertawan, seperti Thomas Matulessi (Pattimura),
Anthonie Rhebok, Thomas Pattiweal, Lucas Latumahina, dan Johanes Matulessi.
Dalam perlawanan ini juga muncul tokoh wanita yakni Christina Martha Tiahahu.
Sebagai pahlawan rakyat yang tertindas oleh penjajah. Tepat pada tanggal 16
Desember 1817, Thomas Matulessi dan kawan-kawan seperjuangannya menjalani
hukuman mati di tiang gantungan.
2.Perlawanan Kaum Paderi (1821–1838 )
Perang Paderi melawan Belanda berlangsung 1821–1838, tetapi gerakan Paderi
sendiri sudah ada sejak awal abad ke-19. Di lihat dari sasarannya, gerakan
Paderi dapat dibagi menjadi dua periode.
a. Periode 1803–1821 adalah masa perang Paderi melawan Adat dengan corak
keagamaan.
b. Periode 1821–1838 adalah masa perang Paderi melawan Belanda dengan corak
keaga-
maan dan patriotisme.
Sejak tahun 1821 saat kembalinya tiga orang haji dari Mekkah, yaitu Haji
Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang, gerakan Paderi melawan kaum Adat
dimulai. Kaum Paderi berkeinginan memperbaiki masyarakat Minangkabau dengan
mengembalikan kehidupannya yang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Padahal kaum Adat justru ingin melestarikan adat istiadat warisan leluhur
mereka.
Adat yang selama itu dianut dan yang menjadi sasaran gerakan Paderi adalah
kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti menyabung ayam, berjudi, madat, dan
minum-minuman keras. Terjadilan perbenturan antara kaum Adat dengan kaum
Paderi. Kaum Adat yang merasa terdesak, kemudian minta bantuan kepada pihak
ketiga, yang semula Inggris kemudian digantikan oleh Belanda (berdasarkan
Konvensi London).
Perang Paderi melawan Belanda meletus ketika Belanda mengerahkan pasukannya
menduduki Semawang pada tanggal 18 Februari 1821. Masa Perang Paderi melawan
Belanda dapat dibagi menjadi tiga periode.
a. Periode 1821–1825, ditandai dengan meletusnya perlawanan di seluruh
daerah Minangkabau. Di bawah pimpinan Tuanku Pasaman, kaum Paderi menggempur
pos-pos Belanda yang ada di Semawang, Sulit Air, Sipinan, dan tempat-tempat
lain. Pertempuran menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Tuanku
Pasaman kemudian mengundurkan diri ke daerah Lintau. Sebaliknya, Belanda yang
telah berhasil menguasai Lembah Tanah Datar, kemudian mendirikan benteng pertahanan
di Batusangkar (Fort Van den Capellen).
b. Periode 1825–1830, ditandai dengan meredanya pertempuran. Kaum Paderi
perlu menyusun kekuatan, sedangkan pihak Belanda baru memusatkan perhatiannya
menghadapi perlawanan Diponegoro di Jawa.
c. Periode 1830–1838, ditandai dengan perlawanan di kedua belah yang makin
menghebat. Pemimpin di pihak Belanda, antara lain Letkol A.F. Raaff, Kolonel de
Stuer, Mac. Gillavry dan Elout, sedangkan di pihak Paderi ialah Tuanku Imam
Bonjol, Tuanku Nan Renceh, Tuanku nan Gapuk, Tuanku Hitam, Tuanku Nan Cerdik
dan Tuanku Tambusi.
Pada tahun 1833, Belanda mengeluarkan Pelakat Panjang yang
isinya, antara lain sebagai berikut.
a.Penduduk dibebaskan dari pembayaran pajak yang berat dan kerja rodi.
b.Belanda akan bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan antar
penduduk.
c.Penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.
d.Hubungan dagang hanya diperbolehkan dengan Belanda.
Belanda menjalankan siasat pengepungan mulai masuk tahun 1837
terhadap Benteng Bonjol. Akhirnya, Benteng Bonjol berhasil dilumpuhkan oleh
Belanda. Selanjutnya, Belanda mengajak berunding kaum Paderi yang berujung pada
penangkapan Tuanku Imam Bonjol (25 Oktober 1837). Setelah ditahan, Tuanku Imam
Bonjol dibuang ke Cianjur, dipindahkan ke Ambon (1839), dan tahun 1841
dipindahkan ke Manado hingga wafat tanggal 6 November 1864.Perlawanan kaum
Paderi kemudian dilanjutkan oleh Tuanku Tambusi. Setelah Imam Bonjol
tertangkap, akhirnya seluruh Sumatra Barat jatuh ke tangan Belanda. Itu berarti
seluruh perlawanan dari kaum Paderi berhasil dipatahkan oleh Belanda.
3.Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825–1830)
Pengaruh Belanda di Surakarta dan Yogyakarta semakin bertambah kuat pada
permulaan abad ke-19. Khususnya di Yogyakarta, campur tangan Belanda telah
menimbulkan kekecewaan di kalangan kerabat keraton yang kemudian menimbulkan
perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Sebab-sebab perlawanan
Diponegoro, antara lain sebagai berikut.
a.Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat istana terhadap tindakan Belanda
yang makin intensif mencampuri urusan keraton melalui Patih Danurejo (kaki
tangan Belanda).
b.Adanya kebencian rakyat pada umumnya dan para petani khususnya akibat
tekanan pajak yang sangat memberatkan.
c.Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak-haknya banyak
yang dikurangi.
d.Sebagai sebab khususnya ialah adanya pembuatan jalan oleh Belanda
melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Pertempuran perrtama meletus pada tanggal 20 Juli 1825 di Tegalrejo.
Setelah pertempuran di Tegalrejo, Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir
ke Dekso. Di daerah Plered, pasukan Diponegoro dipimpin oleh Kertapengalasan
yang memiliki kemampuan yang cukup kuat. Kabar mengenai pecahnya perang melawan
Belanda segera meluas ke berbagai daerah. Dengan dikumandangkannya perang
sabil, di Surakarta oleh Kiai Mojo, di Kedu oleh Kiai Hasan Besari, dan di
daerah-daerah lain maka pada pertempuran-pertempuran tahun 1825–1826 pasukan
Belanda banyak terpukul dan terdesak.
Melihat kenyatan ini, kemudian Belanda menggunakan usaha dan tipu daya
untuk mematahkan perlawanan, antara lain sebagai berikut.
a.Siasat benteng stelsel, yang dilakukan oleh Jenderal de Kock
mulai tahun 1827.
b.Siasat bujukan agar perlawanan menjadi reda.
c.Siasat pemberian hadiah sebesar 20.000,- ringgit kepada siapa saja yang
dapat menang-
kap Pangeran Diponegoro.
d.Siasat tipu muslihat, yaitu ajakan berunding dengan Pangeran Diponegoro
dan akhirnya ditangkap.
Dengan berbagai tipu daya, akhirnya satu per satu pemimpin perlawanan
tertangkap dan menyerah, antara lain Pangeran Suryamataram dan Ario Prangwadono
(tertangkap 19 Januari 1827), Pangeran Serang, dan Notoprodjo (menyerah 21 Juni
1827, Pangeran Mangkubumi (menyerah 27 September 1829), dan Alibasah Sentot
Prawirodirdjo (menyerah tanggal 24 Oktober 1829). Kesemuanya itu merupakan
pukulan yang berat bagi Pangeran Diponegoro.
Melihat situasi yang demikian, pihak Belanda ingin menyelesaikan perang
secara cepat. Jenderal de Kock melakukan tipu muslihat dengan mengajak berunding
Pangeran Diponegoro. De Kock berjanji apabila perundingan gagal maka Diponegoro
diperbolehkan kembali ke pertahanan. Atas dasar janji tersebut,
Diponegoro mau berunding di rumah Residen Kedu, Magelang pada tanggal 28
Maret 1830. Namun, De Kock ingkar janji sehingga Pangeran Diponegoro ditangkap
ketika perundingan mengalami kegagalan. Pangeran Diponegoro kemudian di bawa ke
Batavia, dipindahkan ke Menado, dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar
hingga wafatnya pada tanggal 8 Januari 1855.
4Perlawanan di Kalimantan Selatan (1859–1905)
Di Kalimantan Selatan, Belanda telah lama melakukan campur tangan dalam
urusan Istana Banjar. Puncak kebencian terhadap Belanda dan akhirnya meletus
menjadi perlawanan, ketika terjadi kericuan pergantian takhta Kerajaan Banjar
setelah wafatnya Sultan Adam tahun 1857. Dalam hal ini Belanda mengangkat
Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan Banjar.
Rakyat tidak mau menerima sebab Pangeran Hidayat yang lebih berhak dan
lebih disenangi rakyat. Pertempuran rakyat Banjar melawan Belanda berkobar pada
tahun 1859 di bawah pimpinan Pangeran Antasari. Dalam pertempuran ini Pangeran
Hidayat berada di pihak rakyat. Tokoh-tokoh lain dalam pertempuran ini,
antara lain Kiai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, Tumenggung Suropati,
dan Kiai Langlang. Pasukan Antasari menyerbu pos-pos Belanda yang ada di
Martapura dan Pangron pada akhir April 1859. Di bawah pimpinan Kiai Demang
Leman dan Haji Buyasin pada bulan Agustus 1859 pasukan Banjar berhasil merebut
benteng Belanda di Tabanio. Ketika pertempuran sedang berlangsung, Belanda
memecat Pangeran Hidayat sebagai mangkubumi karena menolak untuk menghentikan
perlawanan.
Pada tanggal 11 Juni 1860 jabatan sultan kosong (karena Sultan Tamjidillah
diturunkan dari takhtanya oleh pihak Belanda, Andresen) dan jabatan mang-kubumi
dihapuskan. Dengan demikian, Kerajaan Banjar dihapuskan dan dimasukkan dalam
wilayah kekuasaan Belanda. Pertempuran terus meluas ke berbagai daerah, seperti
Tanah Laut, Barito, Hulu Sungai Kapuas, dan Kahayan. Dalam menghadapi
serangan-serangan ini, Belanda mengalami kesulitan, namun setelah mendapatkan
bantuan dari luar akhirnya Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat. Pada
tanggal 3 Februari 1862, Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke Jawa.
Pangeran Antasari yang pada tanggal 14 Maret 1862 diangkat oleh rakyat sebagai
pemimpin tertinggi agama Islam dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifahtul
Mukminin gugur dalam pertempuran di Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862.
Sepeninggal Pangeran Antasari, perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan oleh
teman-teman seperjuangan. Perlawanan rakyat benar-benar dapat dikatakan padam
setelah gugurnya Gusti Matseman tahun 1905.
5Perlawanan di Bali (1846–1905)
Di Bali timbulnya perlawanan rakyat melawan Belanda, setelah Belanda berulang
kali memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan hak tawan karang. Hak tawan
karang yakni hak bagi kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu yang
terdampar di pantai wilayah kekuasaan kerajaan yang bersangkutan. Telah
berulang kali kapal Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan
mengadakan perjanjian sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak
berunding ialah Raja Klungklung dan Raja Badung (1841); Raja Buleleng dan
Raja Karangasem (1843). Akan tetapi, kesemuanya tidak diindahkan sehingga
Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha menundukkan Bali.
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak Belanda terpaksa mengerahkan
ekspedisi militer secara besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama
(1846) dengan kekuatan 1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan
rakyat Bali. Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang
pertama dan disambut dengan perlawanan oleh I Gusti Ktut Jelentik, yang telah
mempersiapkan pasukannya di Benteng Jagaraga sehingga dikenal dengan
Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil digagalkan.
Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang pertama maupun yang kedua,
menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi ketiga (1849)
dengan kekuatan yang lebih besar lagi yakni 4.177 orang pasukan, kemudian
menimbulkan Perang Jagaraga II. Perang berlangsung selama dua hari dua malam
(tanggal 15 dan 16 April 1849) dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali
yang heroik dalam mengusir penjajahan Belanda. Dalam pertempuran ini, pihak
Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang terbagi dalam tiga
kolone. Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan
kepada La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi
pertempuran sengit, akhirnya Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Prajurit
Bali dan para pemimpin mereka termasuk I Gusti Jelantik, berhasil meloloskan
diri.
Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol
mengangkat senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya,
tahun 1868 terjadi lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga
mengalami kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad
ke-20 (1905), seluruh Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.
6.Perlawanan di Aceh (1873–1904)
a.Latar Belakang Perlawanan
Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan.
Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu,
Belanda berambisi untuk mendudukinya. Sebaliknya, orang-orang Aceh tetap ingin
mempertahankan kedaulatannya. Sampai dengan tahun 1871, Aceh masih mempunyai
kebebasan sebagai kerajaan yang merdeka. Situasi ini mulai berubah dengan
adanya Traktrat Sumatra (yang ditandatangani Inggris dengan Belanda pada
tanggal 2 November 1871). Isi dari Traktrat Sumatra 1871 itu adalah pemberian
kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatra, termasuk
Aceh. Dengan demikian, Traktrat Sumatra 1871 jelas merupakan ancaman bagi Aceh.
Karena itu Aceh berusaha untuk memperkuat diri, yakni mengadakan hubungan
dengan Turki, Konsul Italia, bahkan dengan Konsul Amerika Serikat di Singapura.
Tindakan Aceh ini sangat mengkhawatirkan pihak Belanda karena Belanda tidak
ingin adanya campur tangan dari luar. Belanda memberikan ultimatum, namun Aceh
tidak menghiraukannya. Selanjutnya, pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda
memaklumkan perang kepada Aceh.
b.Jalannya Perlawanan
Sebelum terjadi peperangan, Aceh telah melakukan persiapan-persiapan.
Sekitar 3.000 orang dipersiapkan di sepanjang pantai dan sekitar 4.000 orang
pasukan disiapkan di lingkungan istana. Pada tanggal 5 April 1873, pasukan
Belanda di bawah pimpinan Mayor Jenderal J.H.R. Kohler melakukan penyerangan
terhadap Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Pada tanggal 14 April 1873, Masjid Raya
Aceh dapat diduduki oleh pihak Belanda dengan disertai pengorbanan besar, yakni
tewasnya Mayor Jenderal Kohler.
Setelah Masjid Raya Aceh berhasil dikuasai oleh pihak Belanda, maka
kekuatan pasukan Aceh dipusatkan untuk mempertahankan istana Sultan Mahmuh
Syah. Dengan dikuasainya Masjid Raya Aceh oleh pihak Belanda, banyak mengundang
para tokoh dan rakyat untuk bergabung berjuang melawan Belanda. Tampilah
tokoh-tokoh seperti Panglima Polim, Teuku Imam Lueng Bata, Cut Banta, Teungku
Cik Di Tiro, Teuku Umar dan isterinya Cut Nyak Dien. Serdadu Belanda
kemudian bergerak untuk menyerang istana kesultanan, dan terjadilah pertempuran
di istana kesultanan. Dengan kekuatan yang besar dan semangat jihad, para
pejuang Aceh mampu bertahan, sehingga Belanda gagal untuk menduduki istana.
Pada akhir tahun 1873, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya lagi secara
besar-besaran di bawah pimpinan Letnan Jenderal J. Van Swieten dengan
kekutan 8.000 orang tentara. Pertempuran seru berkobar lagi pada awal
tahun 1874 yang akhirnya Belanda berhasil menduduki istana kesultanan. Sultan
beserta para tokoh pejuang yang lain meninggalkan istana dan terus melakukan
perlawanan di luar kota. Pada tanggal 28 Januari 1874, Sultan Mahmud Syah
meninggal, kemudian digantikan oleh putranya yakni
Muhammad Daud Syah. Sementara itu, ketika utusan Aceh yang dikirim ke
Turki, yaitu Habib Abdurrachman tiba kembali di Aceh tahun 1879 maka kegiatan
penyerangan ke pos-pos Belanda diperhebat. Habib Adurrachman bersama Teuku Cik
Di Tiro dan Imam Lueng Bata mengatur taktik penyerangan guna mengacaukan dan
memperlemah pos-pos Belanda.
Menyadari betapa sulitnya mematahkan perlawanan rakyat Aceh, pihak Belanda
berusaha mengetahui rahasia kekuatan Aceh, terutama yang menyangkut kehidupan
sosial-budayanya. Oleh karena itu, pemerintah Belanda mengirim Dr. Snouck
Hurgronye (seorang ahli tentang Islam) untuk meneliti soal sosial budaya
masyarakat Aceh. Dengan menyamar sebagai seorang ulama dengan nama Abdul Gafar,
ia berhasil masuk Aceh.
Hasil penelitiannya dibukukan dengan judul De Atjehers (Orang Aceh).
Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa sultan tidak mempunyai
kekuatan tanpa persetujuan para kepala di bawahnya dan ulama mempunyai pengaruh
yang sangat besar di kalangan rakyat. Dengan demikian langkah yang ditempuh
oleh Belanda ialah melakukan politik “de vide et impera ( memecah belah
dan menguasai). Cara yang ditempuh kaum ulama yang melawan harus dihadapi
dengan kekerasan senjata; kaum bangsawan dan keluarganya diberi kesempatan
untuk masuk korps pamong praja di lingkungan pemerintahan kolonial.
Belanda mulai memikat hati para bangsawan Aceh untuk memihak kepada
Belanda. Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk kepada
pemerintah Belanda dan kemudian diangkat menjadi panglima militer Belanda.
Teuku Umar memimpin 250 orang pasukan dengan persenjataan lengkap, namun
kemudian bersekutu dengan Panglima Polim menghantam Belanda. Tentara Belanda di
bawah pimpinan J.B. Van Heutz berhasil memukul perlawanan Teuku Umar dan
Panglima Polim. Teuku Umar menyingkir ke Aceh Barat dan Panglima Polim
menyingkir ke Aceh Timur. Dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11
Februari 1899, Teuku Umar gugur. Sementara itu,
Panglima Polim dan Sultan Muhammad Daud Syah, masih melakukan perlawanan di
Aceh Timur. Belanda berusaha melakukan penangkapan. Pada tanggal 6 September
1903 Panglima Polim beserta 150 orang parjuritnya menyerah setelah Belanda
melakukan penangkapan terhadap keluarganya. Hal yang sama juga dilakukan
terhadap Sultan Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk
menan-datangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut.
1)Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2)Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain dengan
belanda.
3)Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Dengan ini, berarti sejak 1904 Aceh telah berada di bawah kekuasaan
pemerintah Belanda.
BAB II
KESADARAN KEBANGSAAN DI ASIA AFRIKA
A. PAHAM-PAHAM BARU
1. Liberalisme
Liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan
individu. Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas, yang
artinya kebebasan,sedangkan dalam bahasa Inggris, liberty, artinya
kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu untuk memiliki
tempat tinggal, mengeluarkan pendapat, dan berkumpul.
Pada hakikatnya, paham liberalisme ini timbul karena reaksi terhadap
penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman absolute
monarchie. Orang ingin melepaskan dirinya dari kekangan manusia, ini
dikemukakan oleh Rousseau dalam bukunya Du Contrat Sosial.
2. Sosialisme
Sosialisme adalah paham yang menghendaki suatu masyarakat yang disusun
secara kolektif agar menjadi suatu masyarakat yang sejahtera/bahagia. Kata
sosialisme berasal dari bahasa Latin, socius,artinya kawan. Tujuan
sosialisme adalah mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan
secara kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi
kesejahteraan rakyat.
Tokoh pemikir sosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang
menulis buku A New of Society an Essay on the Formation of Human Character.
Ia adalah orang yang pertama menggunakan istilah sosialisme.
Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Piere Proudon, Charles Fourier, Karl
Marx. Seorang yang dikenal sebagai Bapak Sosialisme adalah Karl Marx dalam
tulisannya DasKapital yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan
perjuangan-perjuangan kelas, semboyan mereka “bersatulah kaum proletar
sedunia.” Titik berat dari paham ini adalah pada masyarakat bukan individu, dan
dalam hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme.
3. Pan-Islamisme
Pan-Islamisme adalah paham yang bertujuan untuk menyatukan umat Islam
sedunia. Paham ini berasal dari gagasan Jamaluddin al Afgani (1839 – 1897). Ide
tersebut sebenarnya secara samar-samar pernah dicanangkan oleh At Tahtawi (1801
– 1873), seorang tokoh pembaharu Islam Mesir. Ia sudah menyebutkan dua ide
yaitu Islam dan patriotisme.
Ia menegaskan bahwa antara ide Islam dan patriotisme tidak bertentangan.
Dua ide tersebut kemudian menjelma menjadi dua bentuk persaudaraan, yaitu
persaudaraan (ukhuwah) Islamiah dan persaudaraan (ukhuwah) wathaniah.
4. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos,artinya rakyat, dan kratos,
artinya pemerintahan. Jadi, demokrasi dalam arti sempit adalah pemerintahan
di tangan rakyat. Dalam arti luas, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut memengaruhi keputusan
politik baik langsung atau tidak langsung.
Kondisi yang memengaruhi terciptanya demokrasi adalah adanya kesepakatan
bersama dalam masalah yang fundamental dan upaya yang memungkinkan kebebasan
politik tumbuh di tengah negara. Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno,
yakni demokrasi langsung, kemudian berkembang ke negara Eropa lainnya, dan
akhirnya ke Indonesia.
5. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air
yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah,
agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan untuk
mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota
bangsa itu sebagai kesatuan bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang
mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat dan kemauan bersama untuk
bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, kepentingan dan tujuan yang
sama. Tokoh nasionalisme atau pencetusnya adalah Joseph Ernest Renan, Otto
Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn berpendapat nasionalisme adalah
kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada bangsa dan negaranya.
Munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
a. Magna Charta (1215) di Inggris yang kemudian menjadi akar
demokrasi.
b. Adanya Piagam Bill of Right (1689) di Inggris.
c. Revolusi Prancis yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang
tercermin dalam
semboyan revolusi liberte, egalite, fraternite yang berkembang ke
seluruh Eropa.
d. Pengaruh pemikiran dari Renaissance.
Selanjutnya, Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy mengatakan
bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan,
hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai keaslian, dan hasrat
untuk mencapai kehormatan.
B. PERGERAKAN KEB ANGSAAN DI ASIA DAN AFRIKA
Di kawasan Asia, kesadaran nasional baru bangkit sekitar permulaan abad
ke-20 untuk melepaskan cengkeraman dari kekuasaan Barat.Misalnya, gerakan
nasional India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi,gerakan nasional Cina yang
dipelopori oleh Sun Yat Sen, gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh
Mustafa Kemal Pasha.
1. INDIA
Mahatma Gandhi mengajarkan beberapa hal.
1. Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk membuat dan memakai
bahan buatan dalam
negeri sendiri.
2. Ahimsa, artinya melawan tanpa kekerasan (dilarang membunuh)
artinya tidak berbuat
apa-apa.
3. Satyagraha, artinya gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama
dengan penjajah
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
4. Hartal, artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan.
Berkabung sebagai
tanda protes (mogok).
5. Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil perjuangan rakyat India ialah pada tanggal 15 Agustus 1947 rakyat
mendapatkan status dominion dan berhak mengatur urusan dalam negerinya sendiri.
Pada tanggal 26 Januari 1950, negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan
Nehru sebagai perdana menterinya.
2. CHINA
Sun Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga
asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan (demokrasi),
dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil mengusir
Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
3. TURKI
Gerakan nasional Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya,
terjadi Gerakan Turki Muda yang bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari
keruntuhan, mengembangkan rasa nasionalisme, dan membulatkan semangat
kebangsaan Turki.
Adapun Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
1. Modernisasi Turki, yaitu membangun Turki secara modern.
2. Nasionalisme berarti menebalkan rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat
berjuang
mempertahankan Turki dari rongrongan penjajahan.
3. Demokrasi berarti membentuk pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat
dengan
UUD, sebab keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya, Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
1. memproklamasikan Turki menjadi republik pertama dengan Mustafa Kemal
Pasha
sebagai presidennya pada tanggal 29 Oktober 1923;
2. melaksanakan pemerintahan modern, yakni pengesahan UUD, kota Ankara
sebagai ibu
kota, modernisasi agama, dipakainya huruf Latin;
3. modernisasi ekonomi dengan cara mengadakan rencana pembangunan lima
tahun;
4. modernisasi pertahanan dan persenjataan modern.
C. PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
Latar belakang lahirnya pergerakan nasional Indonesia tidak terlepas dari
peristiwa peristiwa di Asia, misalnya, kemenangan Jepang atas Rusia (1901 –
1905), meningkatnya pendidikan rakyat, terbitnya surat kabar sebagai media
komunikasi, serta adanya paham baru yang masuk ke Indonesia yang mempercepat
tumbuh dan berkembangnya nasionalisme Indonesia.
Menurut Sartono Kartodirjo, nasionalisme Indonesia merupakan antitesa dari
kolonialisme.Maksudnya, munculnya nasionalisme karena adanya penjajahan oleh
Belanda.
Ada beberapa yang melatarbelakangi Pergerakan Nasional Indonesia.
1. Pengaruh pendidikan
Adanya Trilogi Van Deventer, khususnya dalam bidang edukasi, ternyata
membawa pengaruh lahirnya sekolah bagi rakyat Indonesia. Walaupun pada
kenyataannya, sekolah
diperuntukkan anak-anak Barat namun rakyat pribumi juga mendapatkan bagian
dari usaha pendidikan tersebut.
2. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan yang dijalankan oleh penjajah terhadap rakyat membuat
status sosial rakyat semakin terpuruk. Rakyat pribumi ditempatkan pada golongan
terbawah, sedangkan bangsa Belanda menempatkan dirinya pada golongan teratas.
3. Pengaruh paham baru
Paham baru yang berkembang di Eropa seperti nasionalisme, demokrasi, dan
liberalisme juga masuk ke negara jajahannya di Asia-Afrika. Pengaruh dari paham
baru inilah yang membuka pola pikir rakyat untuk menggunakan kemampuannya
melawan ketidakadilan dan perampasan hak atas bangsa sehingga ada kebangkitan
melawan penindasan penjajah untuk mewujudkan hidup yang merdeka. Selain itu,
munculnya kaum cerdik pandai juga mendorong lahirnya organisasi modern di
Indonesia untuk melawan penjajah.
D. PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN
NASIONAL INDONESIA
Pergerakan nasional ditandai oleh adanya organisasi yang sudah didukung dan
didirikan oleh segenap rakyat di Nusantara. Ciri organisasi pergerakan nasional
berbeda dengan pergerakan daerah, hal ini dapat kita bedakan sebagai berikut.
1. Gerakan daerah bercirikan sebagai berikut.
a. Bentuk gerakannya belum diorganisasi, maka menggantungkan kepada
pemimpin.
b. Sifatnya kedaerahan, maka bersifat insidental sementara.
c. Mengandalkan kekuatan senjata dan kekuatan gaib.
d. Belum ada tujuan yang jelas.
e. Gerakannya mudah bubar atau berakhir jika pemimpin mereka tertangkap.
2. Gerakan nasional bercirikan sebagai berikut.
a. Gerakannya sudah diorganisasi secara teratur.
b. Bersifat nasional baik wilayah atau cita-cita kebangsaan.
c. Perjuangan menggunakan taktik modern dan organisasi modern.
d. Sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
e. Gerakannya tangguh dan berakar di hati rakyat.
1. Budi Utomo
Kebangkitan nasional ditandai lahirnya Budi Utomo (BU) yang didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo, Suradji, dan Gunawan Mangunkusumo yang
waktu itu menjadi mahasiswa Stovia (kedokteran Jawa), sedangkan perintisnya
adalah Dr. Wahindin Sudirohusodo. Ia mendirikan Studie Fonds (dana
pelajar) guna membiayai pelajar yang tidak mampu. Itulah sebabnya, BU disebut
organisasi sosial dan perintis pergerakan nasional. Adapun bidang gerak BU
adalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ini tercermin dari tujuan yang akan
dicapai oleh BU tersebut.
Tujuan BU adalah kemajuan bagi Hindia atau kemajuan yang harmonis bagi nusa
bangsa. Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha, antara lain, memajukan
pendidikan, teknik industri, pertanian, peternakan dan perdagangan, serta
menghidupkan kembali kebudayaan sendiri.
2. Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri organisasi Sarekat Dagang Islam
(SDI) dengan ketua Haji Samanhudi. Keinginan untuk menyaingi pedagangpedagang
Cina mendorong banyak orang
ingin menjadi anggota SDI. Tujuan SDI semula adalah memajukan perdagangan
untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina. Namun pada akhirnya, selain memajukan
perdagangan, SDI juga ingin memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas
anjuran H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada
tahun 1912.
SI mempunyai beberapa tujuan, yaitu mengembangkan jiwa dagang, membantu
para anggota yang mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan derajat,
memperbaiki pendapat yang keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah
agama. Karena bersifat kerakyatan, SI cepat mendapatkan anggota. Akibatnya,
Gubernur Belanda A.W.F. Idenburg ragu dan khawatir terhadap SI, sehingga
permohonan izin pengesahan SI ditolak. Oleh karena itu, SI menyiasati hal
tersebut dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) di Surabaya yang diakui
Belanda pada tanggal 18 Maret 1916.
Adapun tujuan didirikannya CSI adalah memajukan, membantu, memelihara, dan
menjalin
kerja sama antar-SI lokal yang tergabung dalam CSI.
3. Indische Partij
Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung
oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudhi), Tjipto
Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat
(Ki Hadjar Dewantara). Tujuan didirikannya partai polilik ini adalah
mempersatukan Hindia Belanda sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini
disebarluaskan melalui surat kabar De Express.
Anggaran dasar dan program kerja IP adalah membangun patriotisme IP
terhadap tanah air, bekerja sama atas dasar kesamaan ketatanegaraan demi
memajukan tanah air, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Untuk
mencapai tujuan partai, cara-cara yang ditempuh IP adalah memberantas
kesombongan sosial dalam pergaulan, meresapkan cita-cita kesatuan nasional
Hindia, memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, memperjuangkan
persamaan hak setiap warga, memperbaiki keadaan ekonomi Hindia, menghindiakan
pengajaran untuk kepentingan ekonomi.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta oleh K.
H. Ahmad Dahlan, seorang ulama besar yang terpengaruh gerakan wahabi. Tujuan
didirikannya Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran Islam, mengembangkan
pengetahuan Islam dan cara hidup menurut peraturan Islam, membantu dan
meningkatkan kehidupan social masyarakat Islam.
Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara
lain, mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama
Islam untuk memberantas buta huruf; mendirikan dan memelihara masjid, langgar,
rumah sakit, dan rumah yatim piatu; membentuk badan perjalanan haji ke tanah
suci. Muhammadiyah mempunyai wadah khusus bagi wanita (Aisyiah) dan bagi pria (Hisbul
Wathon).
5. Gerakan pemuda
a. Trikoro Dharmo
Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R.
Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan Kadarman. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan
mulia (= sakti, budi, bhakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai
jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura,
Bali, dan Lombok.
Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo adalah
menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali persaudaraan antarmurid
bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan
dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatannya
berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, seni,
dan lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa Jong Java tidak bergerak
dalam bidang politik dan anggotanya dilarang masuk partai politik. Namun,
masuknya Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai bergerak dalam
bidang politik. Oleh karena itu, ada yang pro dan kontra. Akhirnya, yang setuju
bergerak dalam politik mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) (1925) dengan
agama Islam sebagai dasar pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer.
b. Jong Sumatranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Jong Sumatranen Bond (JSB) berdiri pada tahun 1917 di Jakarta dengan
tokohnya Moh. Hatta dan Muh. Yamin. Tujuan didirikannya JSB adalah memperkukuh
hubungan antarpelajar asal Sumatra dan mendidik mereka menjadi pemimpin bangsa
serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra.
c. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
PPPI didirikan oleh para pelajar Jakarta dan Bandung pada bulan September 1926
di Jakarta. Tokoh-tokoh PPPI adalah Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo,
Reksodipuro, A.K. Abdul Gani, Sumanang. Tujuan PPPI adalah memperjuangkan
Indonesia merdeka. Untuk merealisasikan tujuannya itu, maka sifat kedaerahan
harus dihilangkan, perselisihan pendapat antarnasionalis juga harus
dihindarkan, dan para anggota harus rajin belajar.
d. Pemuda Indonesia
Pemuda Indonesia semula bernama Jong Indonesia yang didirikan di Bandung
pada tahun 1927. Anggota Pemuda Indonesia kebanyakan dari kalangan pelajar yang
sekolah di luar negeri. Tokohnya adalah Sugiono, Yusapati, Suwaji, Moh. Tamzil,
Sartono, Asaat, dan Budhiarto.
Pada tanggal 28 Desember 1927, PI mengadakan kongres di Bandung yang
menghasilkan, antara lain, nama oragnisasi yang semula Jong Indonesia diganti
menjadi Pemuda Indonesia; bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa pengantar
organisasi pemuda; Yusapati diangkat sebagai ketua, Moh. Tamzil sebagai
sekretaris I, Subagio Reksodipuro sebagai sekretaris II, dan Mr. Asaat sebagai
bendahara.
e. Indonesia Muda
Indonesia Muda berdiri pada tahun 1930. Indonesia Muda merupakan organisasi
nasional yang lahir sebagai peleburan organisasi kedaerahan.
6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada tanggal 4 Mei 1914, didirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische
Vereniging) oleh orang-orang Belanda, seperti Dekker, Sneevliet, dan
Brandsteder bersama Semaun. Tujuan berdirinya ISDV adalah menyebarluaskan paham
sosial demokratis dengan membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV diubah menjadi PKI dengan Semaun
sebagai ketua, Bergsma sebagai sekretaris, dan Dekker sebagai bendahara. Pada
tanggal 24 Desember 1920, PKI mengadakan Kongres Istimewa dan mengambil
keputusan untuk bergabung dengan organisasi Komintern. Selanjutnya, PKI
berpura-pura setuju menjadi anggota volksraad.
Sejak pemerintahan Belanda, PKI telah mengadakan pemberontakan. Misalnya,
pada tahun 1926 Alimin mengadakan pemberontakan di Jawa Barat dan Banten.
Kemudian pada tahun 1927, terjadi pemberontakan PKI di Sumatra. Akibatnya, oleh
Belanda sejak tahun 1927 PKI dianggap sebagai organisasi terlarang.
7. Taman Siswa
Taman siswa merupakan lembaga pendidikan nasional yang didirikan oleh
Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli
1922. Lembaga ini bertujuan menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebudayaan
Indonesia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan Pancadarma Taman Siswa yang
meliputi dasar kodrat alam, dasar kemerdekaan, dasar kebudayaan, dasar
kebangsaan atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan.
Dalam pendidikan, Taman Siswa hendak mewujudkan system “among” untuk
mengadakan pola belajar asah, asih, asuh dan diterapkan pola kepemimpinan “ing
ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang
artinya seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan
mendorong untuk maju.
8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung oleh Ir. Soekarno, dr.
Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo, Mr. Budhiarto, dan
Dr. Sanusi. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka. Tujuan ini hendak dicapai
dengan asas percaya pada diri sendiri (self help). Artinya, memperbaiki
keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri, misalnya
mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan koperasi.
Itulah sebabnya, PNI tidak mau bekerja sama dengan penjajah (nonkooperatif).
Pergerakan PNI didasarkan pada semboyan Marhaenisme, artinya memperjuangkan
rakyat miskin.
9. Gerakan wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario
Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau
adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk
merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat
dengan wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah olehMr.
Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap TerbitlahTerang.
Dari Jawa Barat juga muncul tokoh wanita, yaitu DewiSartika yang berusaha
melepaskan tradisi dan adat pingitan bagi wanita seperti kawinpaksa dan
poligami. Perjuangan Kartini dan Dewi Sartika kemudian mengilhami
gerakan-gerakan wanita.
a. Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan
bimbingan dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya
adalah R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, R.R. Rukmini.
b. Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer
(1912) dengantujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju
Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang,
Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
c. Keutamaan Istri, berdiri di Tasikmalaya (1913) dengan tujuan mendirikan
sekolah untuk anak-anak gadis.
d. Kerajinan Amal Setia, berdiri di Gadang, Sumatra Barat tanggal 11
Februari 1914 dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini
adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga,
kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
e. Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
Untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan
menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di
Brebes, Soenting Melajoe di Bukittinggi, Putri Mardiko di
Jakarta, Estri Oetom
10. Gerakan buruh
Gerakan buruh adalah organisasi pekerja atau kaum buruh untuk
memperjuangkan nasib mereka. Tujuan organisasi ini adalah memelihara dan
memperbaiki syarat perburuhan dengan mengatur hubungan kerja, mengatur hubungan
kerja antara pekerja dan pemerintah, dan mengatur kaum pekerja sebagai golongan
tersusun yang membangun bangsa.
11. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan perkumpulan pelajar Indonesia di
negeri Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI berdiri pada tahun
1908 dengan nama Indische Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono, Husein
Jayadiningrat, Notosuroto, dan Sumitro Kolopaking. Setelah kedatangan Soewardi
Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda (1913), PI bergerak dalam bidang
politik. Pada tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama menjadi Perhimpunan
Indonesia. Orang Belanda yang memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia,
misalnya Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha
memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Pada peringatan ulang tahun ke-15,
Indische Vereniging, mengeluarkan buku berjudul Gedenboek karangan
Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
12. Parindra (Partai Indonesia Raya)
Parindra merupakan gabungan dari BU dan PBI yang dibentuk dalam kongres
tanggal 24 – 26 Desember 1935 di Solo dengan ketua Dr. Sutomo. Tujuannya adalah
Indonesia Raya. Parindra menganut asas perjuangan kooperasi tetapi
kadang-kadang juga nonkooperasi.
13. MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia)
MIAI dibentuk 25 September 1937 di Surabaya dengan tokohnya K.H. Mas
Mansyur, K.H. Dahlah, dan K.H. Abdul Wahab. Tujuan MIAI adalah mempererat
hubungan antarorganisasi Islam Indonesia maupun luar negeri serta mempersatukan
langkah dan suara untuk membela kejayaan Islam.
14. Gapi (Gabungan Politik Kebangsaan Indonesia)
Gapi dibentuk atas prakarsa Parindra tahun 1939 dan yang menjadi anggota
adalah Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSJI, Gerindo, dan PNI. Pengurus
hariannya adalah Abikoesno Tjokrosoejoso, Amir Sjarifuddin, dan Husni Thamrin.
BAB III
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
A. LATAR BELAKANG JEPANG MENGUASAI INDONESIA
Bulan Agustus 1940, dalam Perang Dunia II, sebagian wilayah negara Belanda
sudah dikuasai Jerman. Sebagai jajahan Belanda, Indonesia dinyatakan berada
dalam keadaan perang. Saat itulah GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang
menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia menggunakan hukum
tata negara dalam masa genting (Nood Staatsrecht). Isi resolusi tersebut
adalah mengubah Volksraad menjadi parlemen sejati yang anggotanya dipilih dari
rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi tersebut dikirimkan kepada
Gubernur Jenderal, Ratu Wilhelmina, dan Kabinet Belanda yang pada saat itu
berada di London.
Pada saat yang bersamaan, Jepang telah menduduki wilayah beberapa negara di
Asia Tenggara. Kedudukan Belanda di Indonesia pun terancam. Dengan kampanye 3A,
kedudukan Jepang di Asia makin kuat. Sementara itu, tindakan pemerintah
kolonial Belanda yang keras kepala semakin meyakinkan kaum pergerakan nasional
bahwa selama Belanda berkuasa, bangsa Indonesia tidak akan pernah memperoleh
kemerdekaannya. Akibatnya, kampanye Jepang yang mengumandangkan kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia mendapat simpati yang besar dari rakyat Indonesia. Dalam
rangka menguasai Indonesia, Jepang menyerang markas-markas Belanda di Tarakan,
Sumatra, dan Jawa. Pada tanggal 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda
Letnan Jenderal H. Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia,
menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura. Penyerahan tanpa syarat tersebut ditandai dengan persetujuan Kalijati
yang diadakan di Subang, Jawa Barat. Isi persetujuan tersebut adalah penyerahan
hak atas tanah jajahan Belanda di Indonesia kepada pemerintahan pendudukan
Jepang. Artinya, bangsa Indonesia memasuki periode penjajahan yang baru. Meski
kedatangannya, seperti juga Belanda, adalah untuk tujuan menjajah, Jepang
diterima dan disambut lebih baik oleh bangsa Indonesia. Berikut alasan yang
melatarbelakangi perbedaan sikap tersebut.
1. Jepang menyatakan bahwa kedatangannya di Indonesia tidak untuk menjajah,
bahkan bermaksud untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan
Belanda.
2. Jepang melakukan propaganda melalui Gerakan 3A (Jepang cahaya Asia,
Jepang pelindung Asia, dan Jepang pemimpin Asia).
3. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang dengan
maksud hendak membebaskan rakyat Indonesia.
4. Adanya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan
Jepang adalah pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran
bersama
B. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah.
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-25 (Tentara Keduapuluhlima),
wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-16 (Tentara Keenambelas), wilayah
kekuasaannya meliputi Jawa dan Madura dengan pusat pemerintahan di Jakarta.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut II (Armada Selatan Kedua), wilayah
kekuasaannya meliputi Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusat
pemerintahan di Makassar.
Pemerintahan pendudukan militer di Jawa sifatnya hanya sementara, sesuai
dengan Osamu Seirei Nomor 1 Pasal 1 yang dikeluarkan tanggal 7 Maret
1942 oleh Panglima Tentara Keenambelas. Undang-undang tersebut menjadi pokok
dari peraturan-peraturan ketatanegaraan pada masa pendudukan Jepang. Jabatan
gubernur jenderal di zaman Hindia Belanda dihapuskan. Segala kekuasaan yang
dahulu dipegang gubernur jenderal sekarang dipegang oleh panglima tentara
Jepang di Jawa. Undang-undang tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemerintahan
pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus menggunakan aparat pemerintah sipil
yang lama beserta para pegawainya. Hal ini dimaksudkan agar pemerintahan dapat
terus berjalan dan kekacauan dapat dicegah. Adapun pimpinan pusat tetap
dipegang tentara Jepang.
Dalam bidang ekonomi, Jepang membuat kebijakan-kebijakan yang pada intinya
terpusat pada tujuan mengumpulkan bahan mentah untuk industri perang. Ada dua
tahap perencanaan untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu tahap penguasaan dan
tahap menyusun kembali struktur.
Pada tahap penguasaan, Jepang mengambil alih pabrik-pabrik gula milik
Belanda untuk dikelola oleh pihak swasta Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya
dan Okinawa Seilo Kaisya. Adapun dalam tahap restrukturisasi (menyusun kembali
struktur), Jepang membuat kebijakankebijakan berikut.
1. Sistem autarki, yakni rakyat dan pemerintah daerah wajib memenuhi
kebutuhan sendiri untuk menunjang kepentingan perang Jepang.
2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk organisasi rukun tetangga yang terdiri
atas 10 – 20 KK untuk mengumpulkan setoran kepada Jepang.
3. Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1942 yang
dikeluarkan oleh Gunseikan.
4. Adanya pengerahan tenaga untuk kebutuhan perang.
Pengaruh Jepang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia sebagai
berikut.
1. Bahasa Belanda dilarang digunakan. Sebagai gantinya, bahasa Jepang dan
bahasa Indonesia wajib digunakan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Selain
itu, Jepang juga mengajarkan penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana.
2. Untuk mengembangkan bidang budaya, diterbitkan koran berbahasa Jepang
dan dibuka kursus bahasa Jepang.
3. Rakyat diwajibkan mengikuti tradisi menghormat matahari dengan seikeirei
atau menghadap ke timur pada setiap pagi ketika matahari terbit.
4. Pada tanggal 1 April 1943 didirikan Pusat Kebudayaan Keiman Bunka
Shidosko.
Untuk membangun mentalitas, ditanamkan seiskin atau semangat serta bhusido
atau jalan ksatria yang berani mati, rela berkorban, siap menghadapi
bahaya, dan menjunjung tinggi keperwiraan. Bentuk-bentuk organisasi kemiliteran
yang dibentuk Jepang sebagai berikut.
1. Seinendan, yaitu barisan pemuda yang berumur 14 – 22 tahun.
2. Iosyi Seinendan, yaitu barisan cadangan atau seinendan putri.
3. Bakutai, yaitu pasukan berani mati.
4. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi yang anggotanya berusia 23 – 35
tahun. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo
Konon Hokokudan.
5. Hisbullah, yaitu barisan semimiliter untuk orang Islam.
6. Heiho, yaitu pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berusia 18– 25
tahun.
7. Jawa Sentotai, yaitu barisan benteng perjuangan Jawa.
8. Suisyintai, yaitu barisan pelopor.
9. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh
Kumakichi Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943.
10. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944.
11. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus
1943
C. Organisasi Pergerakan Zaman Jepang
Selama masa pendudukan Jepang, bangsa Indonesia dilarang membentuk
organisasi sendiri. Akan tetapi, Jepang sendiri membentuk organisasi-organisasi
bagi rakyat Indonesia dengan maksud dipersiapkan untuk membantu Jepang.
Organisasi-organisasi ini pada akhirnya berbalik melawan Jepang.
1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang
Jepang. Organisasi ini berdiri pada bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr.
Sjamsuddin. Tujuan berdirinya Gerakan Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela
menyumbangkan tenaga bagi perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia,
Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini,
dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun
untuk menyebarluaskan propaganda, diterbitkan surat kabar Asia Raya. Setelah
kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan meninggalkan
organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini dibubarkan.
2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut
Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai, yaitu Ir.
Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. Tujuan Putera
menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala
sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda. Adapun tujuan bagi
Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka
membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan sebelas macam
kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya.
Di antaranya yang terpenting adalah memengaruhi rakyat supaya kuat rasa
tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda,
mengambil bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan
antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran bahasa
Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-ekonomi.
Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan
intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu Jepang dalam
rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera tersusun dari
pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari pejabat bagian
usaha budaya dan pejabat bagian propaganda. Akan tetapi, organisasi Putera di
daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini disebabkan, antara lain,
a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk
dalam bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;
b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak
dapat membiayai gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan
dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera
dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini
diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan).
Latar belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera
lebih bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena
itu, Jepang merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan
masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan
oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada.
Sebelum mendirikan Jawa Hokokai, pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu
meminta pendapat empat serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya
Perang Asia Timur Raya sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk
lebih menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi
ini adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang
meliputi pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan melaksanakan
sesuatu dengan bakti. Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi
resmi pemerintah. Jika pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan
nasionalis Indonesia, kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang
langsung oleh Gunseikan. Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada
pejabat setempat mulai dari Shucokan sampai Kuco. Kegiatan-kegiatan Jawa
Hokokai sebagaimana digariskan dalam anggaran dasarnya sebagai berikut.
a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan
segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat
persaudaraan antara segenap bangsa.
c. Memperkukuh pembelaan tanah air.
Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun,
bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai
kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan
barang-barang dan padi. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang
pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus
melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan Jepang.
4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
Ketika pemerintahan Jepang berada di tangan Perdana Menteri Toyo, Jepang
pernahmemberi janji merdeka kepada Filipina dan Burma, namun tidak melakukan
hal yang sama
kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes.
Menanggapi protes
tersebut, PM Toyo lalu membuat kebijakan berikut.
a. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In).
b. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah.
c. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen.
d. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi
lainnya.
5. Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI)
MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda,
tepatnya pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan
kawan-kawan. Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang
sebab merupakan gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal
(sebagai baitulmal) serta penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun
demikian, pengaruhnya yang besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk
membatasi ruang gerak MIAI.
D. Reaksi Kaum Pergerakan Nasional terhadap Jepang
Kaum pergerakan dan kaum intelek nasional akhirnya sadar bahwa Jepang
ternyata jauh lebih berbahaya bagi bangsa Indonesia karena kekejaman dan
penindasannya terhadap rakyat. Sejak awal tahun 1944, rasa simpati terhadap
Jepang mulai hilang dan berganti dengan kebencian. Muncullah gerakan-gerakan
perlawanan terhadap Jepang, seperti Gerakan 3A, Putera, dan Peta.
Salah satu contoh pemberontakan bangsa Indonesia yang terbesar terhadap
Jepang adalah pemberontakan Peta Blitar tanggal 4 Februari 1945. Pemberontakan
yang dipimpin Supriyadi ini sangat mengejutkan Jepang. Banyak tentara Jepang
yang terbunuh. Untuk menghadapinya, Jepang mengepung kedudukan Supriyadi.
Terjadilah tembak menembak yang membawa banyak korban bagi kedua belah pihak.
Dalam pertempuran tersebut, Supriyadi menghilang. Peristiwa ini diabadikan
sebagai hari Peta.
Setelah perlawanan tersebut, muncul perlawanan-perlawanan lainnya dari
berbagai daerah, seperti perlawanan rakyat Aceh dan perlawanan rakyat
Sukamanah, Tasikmalaya. Adapun dari kalangan intelektual, muncul
organisasi-organisasi bawah tanah yang menyebarluaskan pandangan anti-Jepang.
Mereka menanamkan bahwa bagaimanapun, Jepang tetap adalah juga penjajah seperti
halnya Belanda. Bangsa Indonesia menurut mereka, hanya akan sejahtera jika telah
sepenuhnya merdeka. Tokoh gerakan ini adalah Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.
BAB IV
PERISTIWA PENTING DI AMERIKA DAN EROPA SERTA
PENGARUHNYA BAGI INDONESIA
A. Revolusi Prancis
Revolusi Prancis adalah perubahan bentuk pemerintahan Prancis dari kerajaan
menjadi republik. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Louis XVI pada
abad ke-18. Revolusi ini memiliki semboyan: liberte, egalite, fraternite (kebebasan,
persamaan, persaudaraan).
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya revolusi
a. Sebab-sebab umum
1) Ketidakadilan dalam bidang politik dan ekonomi
Masyarakat Prancis pada waktu itu terbagi atas tiga golongan.
a) Golongan I terdiri atas kaum bangsawan dan raja yang bebas pajak bahkan
berhak memungut pajak.
b) Golongan II terdiri atas kaum agama (pendeta dan cendikia) yang bebas
pajak dan mendapat uang (gaji) dari hasil pajak.
c) Golongan III adalah rakyat biasa yang hanya menjadi objek pajak.
2) Kekuasaan absolut raja
Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap
selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah l’etat c’est moi (negara adalah
saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu, ia mendirikan penjara Bastille.
Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berani menentang keinginan raja.
Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang yang tidak disenangi raja. Mereka
ditahan dengan surat penahanan tanpa sebab (lettre du cas). Absolutisme
Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-undang.
3) Timbul paham baru
Menjelang Revolusi Prancis muncul ide-ide atau paham-paham baru yang pada
intinya adalah memperjuangkan kebebasan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia.
Paham-paham ini muncul akibat berbagai tekanan yang menyengsarakan rakyat mulai
menimbulkan keinginan-keinginan untuk mencapai kebebasan. Paham-paham yang
melatari terjadinya revolusi di Prancis sebagai berikut.
a) Ajaran dari Jean Jasques Rousseau, tokoh pemikir dari Prancis. Dalam
bukunya Du Contrat Social, ia menyatakan bahwa menurut kodratnya manusia
dilahirkan sama dan merdeka. Buku ini juga memuat tiga prinsip yang di kemudian
hari menjadi semboyan Revolusi Prancis, yaitu liberte, egalite, dan fraternite
(kemerdekaan/kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ajaran tersebut
menyebabkan Rousseau mendapat sebutan Bapak Demokrasi Modern.
b) Montesquieu, yang terpengaruh ajaran John Locke (Inggris),
menyebarluaskan ajaran Trias Politika, yaitu pembagian kekuasaan menjadi
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
c) Paham Rationalisme dan Aufklarung menuntut orang untuk berpikir rasional
(masuk akal).
d) Ajaran Voltaire tentang kebebasan.
4) Negara mengalami krisis ekonomi
Prancis mengalami kemerosotan ekonomi dan keuangan pada masa pemerintahan
Louis XVI. Hal ini disebabkan karena sikap raja dan keluarganya, terutama
permaisuri Marie Antoinette, selalu menghambur-hamburkan uang negara untuk
berfoya-foya.
5) Pengaruh perang kemerdekaan Amerika
Dalam perang kemerdekaannya dari Inggris, Amerika dibantu oleh tentara
sukarelawan Prancis yang dipimpin Lafayette. Mereka kemudian terpengaruh oleh
napas kemerdekaan Amerika. Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan Amerika
seperti yang terangkum dalam naskah proklamasinya, Declaration of
Independence (disampaikan oleh Thomas Jefferson), yaitu pengakuan atas
hak-hak manusia, dengan segera menjalar menjadi paham baru di Prancis.
b. Sebab-sebab khusus
Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan Rakyat (Etats
Generaux). Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam
sidang justru terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II
menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara, sementara golongan III
menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari proporsi
jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang, golongan
II 300 orang, dan golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa golongan I
dan II menghendaki agar golongan III kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin
menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan, golongan I dan II terancam
sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati pada
rakyat.
Akibat Revolusi Prancis
Akibat atau dampak Revolusi Prancis di dalam negeri dapat dipetakan sebagai
berikut.
a. Bidang politik
Revolusi Prancis membawa perubahan dalam sistem pemerintahan yang semula
berupa monarki absolut menjadi pemerintahan yang demokratis. Hak asasi manusia
diakui dan dihormati. Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan kekuasaan
yang tertinggi. Muncul pula ide-ide republik, suatu bentuk pemerintahan yang
melayani kepentingan umum, dan prinsip-prinsip berikut.
1) Demokrasi, yaitu prinsip bahwa setiap manusia dilahirkan dengan hak yang
sama dalam kehidupan bernegara. Hak yang dimaksud adalah hak bersuara,
mengemukakan pendapat, berserikat, dan berkumpul.
2) Perasaan nasionalisme sesuai dengan semboyan Revolusi Prancis: Liberte,
Egalite, Fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Prinsip ini
membangkitkan jiwa persatuan yang menjadi kekuatan dalam menghadapi segala
bahaya yang mengancam negara.
b. Bidang ekonomi
Beberapa akibat adanya Revolusi Prancis dalam bidang ekonomi sebagai
berikut.
1) Petani menjadi pemilik tanah kembali.
2) Penghapusan pajak feodal.
3) Penghapusan gilde.
4) Timbulnya industri besar
c. Bidang sosial
Akibat-akibat dalam bidang sosial, antara lain,
1) dihapuskannya feodalisme,
2) adanya susunan masyarakat yang baru, dan
3) adanya pendidikan dan pengajaran yang merata untuk semua lapisan
masyarakat.
Adapun akibat atau dampak Revolusi Prancis terhadap dunia, termasuk dalam
perjuangan pergerakan bangsa Indonesia, sebagai berikut.
a. Penyebaran ide liberalisme.
b. Adanya penyebaran paham demokrasi di tengah kehidupan bernegara.
c. Berkembangnya ide nasionalisme.
B. Revolusi Amerika
Sejak ditemukan, Benua Amerika menarik begitu banyak bangsa di Eropa untuk
membangun koloninya. Bangsa-bangsa yang pernah membangun koloni di benua
tersebut, antara lain, Spanyol, Prancis, dan Inggris. Kolonisasi Inggris atas
Amerika bagian utara diawali kedatangan John Cabot (1497) beserta
sejumlah penjelajah Inggris lainnya. Di benua baru tersebut, John Cabot dan
rekan-rekannya memperoleh hak mengelola beberapa bidang tanah yang kemudian
berkembang dan meluas menjadi koloni. Pada tahun 1763, daerahdaerah di Amerika
yang menjadi wilayah kekuasaan Inggris telah mencapai tiga belas koloni yang
memiliki pemerintahan sendiri
Akibat Revolusi Amerika
Revolusi Amerika membukakan mata dunia bahwa dengan kekuatan persatuan dan
penghargaan atas hak-hak asasi manusia, kemerdekaan dapat diperoleh. Namun,
bukan berarti kemerdekaan dapat diperoleh secara cuma-cuma. Kemerdekaan harus
diraih dengan usaha sendiri dan pantang menyerah. Hikmah demikian pula yang
menggerakkan rakyat Indonesia untuk mulai memperjuangkan kemerdekaannya. Dengan
kesadaran akan hak asasi dan persatuan kepentingan, kemerdekaan Indonesia
akhirnya dapat diperoleh.
C. Revolusi Rusia
Pada permulaan abad ke-19, keadaan Rusia masih terbelakang dibandingkan
negara-negara Eropa lainnya. Masyarakat Rusia pada masa itu terbagi atas dua golongan,
yaitu tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Rusia saat itu adalah
negara agraris. Sebagian besar penduduknya merupakan petani miskin yang harus
tunduk kepada tuan tanah, bahkan menjadi budak dari tuan tanah. Status petani
sebagai budak tuan tanah ini diatur dalam Undang-Undang Perbudakan Rusia yang
disahkan oleh Tsar Alexis I pada tahun 1646.
Perbudakan dihapuskan pada tahun 1861 dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Emansipasi (Emancipation Edict) oleh Tsar Alexander II. Isi undang-undang
tersebut sebagai
berikut.
1. Perbudakan dihapuskan.
2. Petani bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya.
3. Negara membayar uang kerugian kepada tuan-tuan tanah pemilik budak.
Latar belakang Revolusi Rusia
Sejak kekalahannya dalam perang melawan Jepang pada tahun 1905, bayangan
revolusi selalu tampak di Rusia. Berbagai gerakan rakyat menentang pemerintah
ditindas dengan kekerasan senjata. Gerakan tersebut bersifat sporadis dan
seberapa pun usahapemerintah untuk menindasnya, gerakan-gerakan serupa selalu
muncul. Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh terjadi di tengah Perang Dunia
ketika Rusia mengalami kekalahankekalahan besar. Sebab-sebab terjadinya
revolusi sebagai berikut.
a. Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner
Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga
negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia memang
mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun
keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan
pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang
propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak
pernah dihiraukan.
b. Susunan pemerintahan Tsar yang buruk
Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun secara rasional,
melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap
untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan
pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II sangat
dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat
dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan,
Grigori Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot
dan benci terhadap segala macam paham baru.
c. Perbedaan sosial yang mencolok mata
Kondisi kehidupan antara kedua golongan masyarakat di Rusia pada masa itu
sangat jauh perbedaannya. Tsar dan para bangsawan hidup mewah dan kaya raya,
sementara rakyat, terutama petani dan buruh, sangat miskin dan sengsara.
Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki rakyat, bahkan
banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah dihapuskan, para
bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Persoalan tanah
Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada tahun 1906 hanya
menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi milik perseorangan
anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah berukuran luas yang
menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para kulak (petani-petani
besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani). Para
buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi miliknya.
e. Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar
Dalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran yang menentang Tsar dapat
ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan bawah tanah dan
mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk kembali muncul.
Aliran-aliran tersebut sebagai berikut.
1) Kaum liberal yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat). Aliran ini
menghendaki Rusia menjadi kerajaan yang berundang-undang dasar.
2) Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis serta
pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum sosialis merupakan anasir yang
revolusioner dan terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat atau sosial
demokrat) dan Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi partai komunis).
Golongan Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan
oleh Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
f. Kekalahan perang
Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia I, sebenarnya Rusia tidak
mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan
terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara lain, terutama yang
tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I
mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang tidak didukung oleh
rakyat tentu menghasilkan kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar Rusia
(pertempuran di Tannenberg dan di sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin
mengecewakan hati dan melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai
jemu pada peperangan dan menginginkan kedamaian.
g. Ancaman bahaya kelaparan
Lima belas juta warga Rusia dimobilisasi untuk perang. Kesejahteraan mereka
harus dijamin penuh oleh negara. Sementara, banyaknya orang yang dikirim ke
medan perang berakibat kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang industri
maupun pertanian. Macetnya industri dan pertanian ini menimbulkan bahaya
kelaparan sebab kurangnya bahan makanan. Perekonomian negara pun menjadi kacau
balau.